DPRD TUBAN – Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tuban melakukan Kunjungan Kerja Dalam Daerah ke MPS PT. Warahma Biki Makmur (Pabrik Rokok Sampoerna) yang bertempatkan di wilayah kecamatan Widang Tuban dengan diikuti oleh Anggota Komisi A dan diterima oleh Direktur Saifuddin Zuhri di Ruang Meeting PT. Warahma Biki Makmur, Kamis (22/10/2018).
Sebelumnya, Saifudin Zuhri menyampiakan tentang profil-pofil yang ada di Pabrik tersebut dengan didampingi pegawai staf Pabrik itu. Dijelaskan Saifudin, bahwa per 22 November 2018 saat ini pabrik tersebut memiliki Pekerja tetap dan pekerja magang. Dari keseluruhan pekerja tersebut dibagi di tiap-tiap bagian diantaranya bagian Gilling 535 orang termasuk pekerja magang, bagian Pack 68 orang, bagian push cutter 117 orang termasuk pekerja magang, dan bagian banderol 74 orang.
“Disini juga ada peserta magang, yang mana peserta magang tersebut juga kami gaji dan juga kami daftarkan di BPJS Ketenagakerjaan” jelas Saifudin.
Sementara itu, usai penjelasan dari Saifudin, Kristiawan Anggota Komisi A juga melontarkan beberapa pertanyaan yakni diantaranya rata-rata usia yang dapat bekerja di pabrik, pekerja difabel serta sejauhmana pemberdayaan untuk masyarakat sekitar pabrik.
Tanggapan Saifudin, bahwa Usia untuk dapat bekerja ke pabrik tersebut minimal 18 tahun. Menurutnya, persyaratan tersebut adalah kebijakan dari Pabrik Sampoerna pusat, meskipun usia yang ditetapkan kurang dari 1 hari, pabrik tersebut tetap tidak bisa menerima pelamar kerja tersebut karna nanti resikonya berimbas pada pegawai yang sudah bekerja.
“Jika nanti saya melanggar, maka resikonya pabrik ini akan di tutup oleh pusat, sehingga nanti kasihan kepada pegawai yang sudah bekerja disini” terang Saifuddin.
“Dulu pernah ada warga masyarakat rengel lulusan SMP yang melamar disini, karna usianya kurang dari setengah tahun mencapai usia 18, kami tetap tidak bisa menerimanya karna itu sudah kebijakan dari kantor pusat” tambahnya.
Terkait pekerja difabel, pabrik tersebut juga mempekerjakan pegawai yang fisiknya kurang sempurna, karna keterbatasannya sehingga dipekerjakan di bagian cleaning servis “penempatan untuk difabel juga kami pertimbangkan untuk penempatannya karna nanti juga melihat dari kemampuannya juga” jelasnya.
Untuk kesejahteraan warga disekitar pabrik, juga pernah diadakan pelatihan keterampilan berbagai macam, contohnya di desa mino pernah diadakan pelatihan menjahit yang mana tujuannya setelah mendapat oelatihan tersebut warga sekitar bisa mandiri dengan di atur system manajemennya oleh warga didesa itu. (Adm)